Percaya tidak, bahwa sebenarnya tidak ada yang
namanya "terpaksa", tidak ada juga yang namanya "nasib
buruk", tidak ada sebutan "tidak beruntung", tidak ada
seharusnya kalimat "inilah nasibku" - TIDAK ADA! Yang ada adalah
(mungkin) kita memilih untuk menjadi "terpaksa", kita menyebut diri
kita mengalami "nasib buruk", kita mengeluh karena merasa diri
"kurang beruntung", dan barangkali juga kita pasrah dengan keadaan
kita dan menyebutnya "nasib".
Ada kisah nyata yang sangat menarik ... puluhan
tahun silam. Tepatnya, pada tgl 23 Juni 1940, lahirlah bayi prematur yang
diberi nama Wilma Rudolph, dengan berat hanya 4.5 pon. Bayi ini terlahir di
keluarga kulit hitam yang bukan saja dipandang rendah oleh lingkungan
masyarakat pada waktu itu - terutama yang berkulit putih, tetapi dia juga
berasal dari keluarga miskin - bahkan bisa dibilang melarat, akibat ekonomi
yang sedang memburuk (lihatlah ... betapa "tidak beruntungnya" si
bayi bukan?).
Setelah si bayi selamat dari masa-masa kritis
usia kelahiran prematur, setiap bulan dan tahun-tahun berikutnya, si ibu harus
berjuang membantu bayinya bertahan hidup dari berbagai serangan sakit-penyakit,
mulai dari campak, gondok, jengkering, cacar air, paru, dsb. Bahkan si ibu
terpaksa melarikan anaknya ke dokter saat diketahuinya bahwa kaki anaknya yang
sebelah kiri menjadi lemah dan tidak keruan bentuknya.
Di tengah kebingungan si ibu ... dokter dengan
mantap menegaskan bahwa si anak yang "kurang beruntung" ini harus
menerima "nasib"nya sebagai salah satu korban penyakit POLIO yang
belum ada obatnya. Dokter mengatakan bahwa anak ini tidak akan bisa
disembuhkan, dan tidak akan pernah bisa berjalan.
Si ibu, anehnya, tidak mau begitu saja mau
menerima vonis dari dokter. Si ibu MEMILIH dan MEMUTUSKAN untuk mencari jalan
keluar bagi masalah yang sedang dihadapi oleh buah hatinya yang mungil tsb. Si
ibu akhirnya menemukan sebuah tempat, yaitu RS Meharry, sebuah kampus
kedokteran untuk warga kulit hitam di Fisk University di Nsahville. Meskipun si
ibu harus menempuh jarak 50 mil untuk menuju RS tsb, hal itu dijalaninya dengan
tekun, 2 kali seminggu, selama 4 tahun ... masa-masa sulit itu dijalaninya
dengan penuh ketekunan dan pengharapan. Hingga akhirnya si anak dapat belajar
berjalan dengan bantuan alat penyanggah kaki dari logam.
Tidak berhenti di sini ... si ibu akhirnya juga
belajar bagaimana melanjutkan terapi bagi anaknya di rumah - dikerjakannya
terus dengan setia hingga akhirnya, pada saat si anak berusia 12 tahun, ...
anak ini, yang tadinya DIVONIS cacat seumur hidup, tidak bisa jalan, lumpuh,
sekarang BISA BERJALAN NORMAL ... tanpa alat bantu apa pun.
Rupanya, keuletan dan kegigihan sang ibu,
menginspirasi si anak untuk melanjutkan perjuangan hidupnya.
Sekarang, giliran si anak untuk MEMILIH dan
MENGAMBIL KEPUTUSAN penting dalam hidupnya.
Kali ini, si anak MEMILIH untuk menjadi seorang
atlit :-) .... luar biasa bukan? dari seorang bayi prematur, balita polio, anak
cacat, sekarang bercita-cita menjadi atlit - benar-benar "mustahil"
menurut ukuran manusia pada umumnya.
Tetapi itulah faktanya ... bahwa sebenarnya
hidup ini adalah soal PILIHAN, bukan "nasib".
Semasa remajanya, di sekolah menengah, gadis ini
menjadi bintang pemain basket, bahkan sempat memecahkan rekor di negara
bagiannya. Lalu ia ganti haluan dengan menjadi seorang pelari. Di usianya yang
ke-16 gadis ini sudah berhasil mengikuti Olimpiade dan berhasil meraih medali
perunggu. Itu belum
seberapa .... Saat Olimpiade di Roma, th 1960,
gadis ini menjadi atlit wanita Amerika pertama yang memenangkan 3 medali emas
sekaligus (yaitu di lari 100m, 200m, dan estafet 400m).
Bayangkan ... anak polio jadi atlit pelari? ...
menang olimpiade lagi, mana mungkin???
Kenyataannya, tidak ada yang tidak mungkin.
Semua itu adalah hasil dari PILIHAN HIDUP.
Tidak ada "nasib buruk", tidak ada
"terpaksa", tidak ada sebutan "tidak beruntung" ... yang
ada adalah, bagaimana kita MEMILIH untuk bertindak atas kejadian / keadaan yang
menimpa hidup kita. Memang, kita tidak bisa memilih apakah hal buruk atau hal
baik yang menimpa hidup kita ... tetapi, kita bisa MEMILIH dan MENENTUKAN apa
yang akan kita perbuat atas hal buruk atau hal baik yang terjadi dalam
kehidupan kita.
Inilah saatnya kita belajar untuk MEMILIH ...
Adakah kita MEMILIH untuk "menyerah"
terhadap keadaan sekarang, ataukah kita MEMILIH untuk BERJUANG dan terus MAJU
dalam kehidupan ini.
Kisah gadis kecil di atas membuktikan kebenaran
kalimat bijak yang sudah sering kita dengar:
Dimana ada KEINGINAN di situ ada JALAN
Apakah saat ini hidup kita sedang
"mandeg"? - itu berarti kita sedang memilih untuk jadi
"mandeg" :-)
Apakah saat ini hidup kita sedang
"tertekan"? - itu berarti kita sedang memilih untuk menjadi
"tertekan" :-)
Apakah saat ini hidup kita sedang
"kosong"? - itu berati kita sendirilah yang memilih untuk jadi
"kosong" :-)
JANGAN dilanjutkan ... PILIHLAH jalan lain !!!
Pilihlah untuk hidup yang terus maju dan
berkembang.
Pilihlah untuk menjadi bebas, merdeka, dan
bersemangat.
Pilihlah untuk hidup yang bukan saja penuh tapi
juga berkelimpahan..
Demikian juga dengan kehidupan pelayanan kita
...
JANGAN mau melayani dalam suasana yang hambar,
tawar, tanpa semangat, terpaksa, dan sejenisnya.
PILIHLAH untuk melayani dengan semangat,
sukacita, berapi-api, berkobar, berkelimpahan, dan berkemenangan.
Ingat, segalanya dalam hidup ini adalah soal
PILIHAN.
Pilihan apa yang akan kita ambil?
Gbu!
Dounald Lois.